Please, Stay With Me [Cerpen #IDAHOT2015]
Oleh : Andri Firmansyah
Aku terduduk di pasir pantai,
dengan tubuh dan pakaian yang basah kuyup, basah bukan karna air pantai yang
terbentang biru di hadapanku… namun basah ini karna hujan yang tadi cukup deras
menerpaku, untung saja koper besar berwarna biru muda di sampingku ini anti
air, jadi bisa menjaga barang-barang yang berada di dalamnya.
Berkali-kali ku lihat jam di
tangan, menanti seseorang yang tak pasti. Di sini aku seperti orang bodoh…
duduk berjam-jam lamanya, lalu kehujanan dan enggan berteduh, juga menahan rasa
lapar yang sedari tadi ku rasakan.
Di sini biasanya senja begitu indah
di jam-jam seperti ini, mungkin lain untuk saat ini… saat hatiku sedang kacau
dan galau seperti ini… apakah alam pun merasakannya dan ikut bersedih pula…?,
jingga yang seharusnya terbentang luas, kini hanya ada kelabu yang nampak
terlihat luas terbentang berhadapan dengan laut…
Lalu tibalah saatnya aku untuk
pergi… meninggalkan semua kenangan yang ku punya di sini, meninggalkan
angan-anganku, meninggalkan orang yang paling ku suka, paling ku sayang, dan
yang paling ingin ku miliki… mudah-mudahan saja aku bisa melepas semuanya…
Tuhan… mohon bantulah aku… jika di
sini bukan tempatku… tolong tunjukan dimana tempat yang terbaik untukku… jika
dia memang bukan orang yang tepat untukku, maka tunjukanlah orang yang
benar-benar layak untukku… aku siap…
Lebak Banten 2007
Cuaca pada saat
itu benar-benar tak bersahabat, sejak subuh tadi di desa yang bernama “Batu
Banyu” sudah di guyur hujan. Ethan yang baru tiba siang tadi di sambut oleh
hujan deras, padahal ia sudah berangan-angan dan sudahmerencanakan kalau sudah
sampai di sini ia ingin langsung main di pekarangan rumah barunya, yang dimana
pekarangan belakang rumahnya berhadapan langsung dengan pantai. Namun sayang,
cuaca sedang tak berada di pihaknya.
Ethan datang
dari Jakarta, ayahnya yang bertugas di desa ini untuk penelitian penyu,
mengharuskan membawa keluarganya ke sini, karna tugasnya itu akan berjalan
lama, mungkin bertahun-tahun, karna masa tugas ayahnya tersebut tak
diperkirakan seberapa lama… tergantung selesai proyek penelitiannya tersebut.
Ethan kala itu masih duduk di
bangku kelas Satu SMP, Ethan pun meneruskan sekolah barunya di lebak banten
ini, ia di daftarkan di SMP suasta yang tak jauh dari rumah barunya. Di sekolah
barunya tersebut Ethan di sambut dengan baik, ia di anggap sebagai anak yang
keren karna datang dari jakarta, banyak yang ingin menjadi temanya, termasuk
Leo, murid yang sekelas dengan Ethan, Leo ini murid yang sangat nakal, namun
juga ia terpintar di kelas. Leo sering di segani oleh anak-anak sekolah
lainnya, sehingga ia tak mempunya teman, dan mungkin juga Leo ingin dekat
dengan Ethan yang notabennya anak baru yang menurut dia cocok untuk di jadikan
teman, dan Ethan pun tak masalah untuk berteman dengan siapapun.
Kebetulan sekali bahwa rumah Leo
berdekatan dengan rumah barunya Ethan, jadi Leo dan Ethan sering sekali
bermain, dan kedekatan mereka semakin dekat.
Waktupun terus berlalu, mereka
melewati masa kanak-kanak bersama… sampai di mana kini beranjak dewasa pun
tetap bersama…
di SMA mereka
tetap bersama, dan juga tetap di tempatkan pada jurusan dan kelas yang sama…
pokoknya di mana ada Ethan, di situ ada Leo. Mereka selalu Klop, meski hobi
mereka tak sama.
Ethan yang hobi bermain gitar,
lebih sering menghabiskan waktu untuk membuat lagu dan merekam semua
karya-karyanya. Sedangkan Leo, ia lebih suka menghabiskan waktunya berselancar
di patai, dan menjadikan itu sebagai hobinya.
Dulu Ethanlah yang banyak peggemar
yang memujanya karna di anggap keren sebagai anak yang datang dari kota
metropolitan, namun sekarang lain cerita… Leo lah yang menjadi idola di
sekolah… ia di anggap keren karena hobinya itu… selain hobi yang membuatnya di
puja banyak gadis-gadis di sekolah, ia pun memang tumbuh menjadi pria yang
mempunyai wajah tampan, dengan badan kekar dan kulit yang coklat sensual, maka
tak heran banyak gadis yang menyatakan cinta padanya.
Semua remaja pasti tak luput dari
kisah cinta… Leo pun mempunyai pacar yang sangat ia cintai… namanya Neng Ross.
Neng Ross ini gadis desa yang lugu, wajahnya yang manis membuat pria manapun
akan langsung jatuh cinta padanya.
Namun Ethan… sampai saat ini ia tak
mempunyai pacar… bagi dia pacar itu adalah sesuatu yang sangat merepotkan, lagi
pula ia sangat dingin dengan cewek.
Pernah, dulu ada
cewek yang naksir padanya, namanya Ikeu, IKeu ini selalu mengejar-ngejar Ethan
kemanapun ia berada, mungkin karna risih atau memang tak suka dengan Ikeu, Ethan
langsung menolak Ikeu mentah-mentah di tengah lapangan, kondisi saat itu sedang
ramai, dan mereka di perhatikan oleh semua orang yang berada di situ. Ikeu lari
sambil menangis karna malu… dan dari situlah Ethan di kenal sebagai cowok
kejam… tak ada cewek mana pun yang minat untuk dekat dengannya… namun begitu
Leo selalu ada di sampingnya…
Pada saat mereka
berada di kelas Tiga SMA, orang tua Ethan kembali di tugaskan di Jakarta, karna
penelitian yang sedang di jalani papahnya sudah selesai, Mau tak mau seluruh
keluarga Ethan harus pindah kembali ke Jakarta. Ethan keberatan untuk pindah,
berat karna meninggalkan Leo, juga kampung yang sangat ia kagumi. Ethan menolak
untuk pindah, lagi pula sebentar lagi akan di laksanakan Ujian Nasional, Ethan
pun meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk tetap tinggal di kampung ini
sampai ia lulus. Untung saja kedua orang tua Ethan mengizinkanya.
Kedua orang tua
Ethan menitipkan Ethan kepada keluarganya Leo, karna memang kedua keluarga
mereka sudah dekat juga. Ethan senang, apa lagi Leo… dia sangat keberatan jika
saja Ethan harus pindah ke jakarta.
“Than… lo mau Kasurnya di pisah
atau kita satuin aja kasur nya?.” Tanya Leo yang sedang beberes untuk berbagi
kamar dengan Ethan.
“kita satu Kasur aja, biar gak
sempit juga kan…” Jawab Ethan yang berlalu lalang membawa barang-barangnya
dalam kardus. Leo pun mengangguk paham, lalu menggabungkan kasur yang ia bawa
untuk di ampar di sebelah kasurnya.
Setelah semuanya beres, mereka
berdua berbaring di kasur yang sama. Ethan yang fokus sedang membaca novel
karya Christian Simamora, tiba-tiba di rebut oleh Leo.
“buku porno ya…?.”
“apa sih loganggu aja…” jawab Ethan
bete.
“ya gak papa kali, lo udah gede
ini, gak usah malu kalo lo baca-baca porno…” ledek Leo. Ethan pun langsung
merebut kembali Novel yang tengah ia baca dengan wajah yang cemberut.
“Than…” sapa Leo.
“hmm…”
“minggu depan Ross ngajak main ke
cikotok, mandi air belerang… ikut yuk!.”
“enggak ah males…”
“lo belum pernah ke cikotok kan?.”
“gak minat!.”
“Than…”
“apa…?”
“ayolah…”
“lo tuh kenapa sih?, bukannya lebih
enak jalan berdua ya?, kalian kan pacaran?, kenapa ngajak gue?.” Leo pun
terdiam, mendengar nada bicara Ethan yang terdengar sedikit keras, ia baru
sadar, sepertinya ia telah mengusik Ethan. Leo pun keluar dari kamarnya,
membawa perlengkapan mandi.
Setengah jam berlalu… Leo kembali
ke kamar dengan keadaan telanjang dada, di pinggangnya terlilit handuk berwarna
merah, sedangkan tubuhnya masih belum benar-benar kering… masih ada beberapa
tetesan air yang menetes dari rambut ke tubuhnya. Di lihatnya Ethan tertidur,
dengan novel yang mungkin tak sengaja di taruh di atas wajahnya. Leo pun
mengambil novel tersebut dan menyelimuti Ethan yang terlihat lelah…
Malam minggu… keluarga leo sedang
berkumpul di ruang keluarga, di sana sudah ada mama dan papa Leo, Radith kakak
nya Leo yang sudah bekerja, Juga Tania adik perempuan Leo yang masih sekolah di
sekolah dasar, mereka semua sedang menonton sinetron yang biasa mereka saksikan
bersama-sama di ruangan ini. Ethan tiba-tiba kepingin keluar dari kamar, dan
bergabung dengan mereka.
Setiap malam minggu Leo tak pernah
ada di rumah, Leo selalu kencan dengan Neng Ross, dan itu membuat Ethan Bete
karna di tinggalkan di rumah, padahal Leo sering kali mengajak Ethan loh… suruh
siapa selalu menolak ajakan Leo… ujung-ujungnya pasti selalu Bete kaya gini.
Malam ini tumben sekali Leo pulang
lebih awal… biasanya juga pulang jam 10 malam… ternyata Leo membawa Neng Ross
ke rumah, Seluruh keluarga Leo menyambut Neng Ross dengan ramah, kecuali Ethan…
setelah tau Leo membawa pulang Neng Ross ke rumah, Ethan Langsung masuk kamar
setelah menyapa Neng Ross dahulu.
“Than… yuk ngobrol-ngobrol sama
Ross di luar, jangan di kamar aja…!” ajak Leo pada Ethan.
“maaf… Gue ngantuk Le…” Jawab Ethan
beralasan, Ethan pun bersembunyi dalam selimut… tanpa di sadari, air matanya
mengalir… entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal dan membuat sakit di
hatinya.
“Than…”
“hmm…?”
“lo gak suka ya sama Ross?.” Tanya
Leo serius, juga dengan nada yang berhati-hati.
“lo ngomong apa sih?, udah ah gue
ngantuk?,”
“entah ini perasaan gue aja, atau
gimana… sikap lo berubah tiap kali gue sama Ross atau gue ngomongin Ross…” tak
ada jawaban apapun dari Ethan… Leo tau bahwa Ethan tak sedang tidur… Leo tau,
jam berapa Ethan tidur… dan Leo sadar ada sesuatu yang janggal.
~Bruk… Leo menarik selimut yang
tadi di buat Ethan untuk menutupi seluruh tubuhnya. Di lihatlah tubuh Ethan
yang sedang meringkuk dan terlihat bergetar, tangannya menutupi wajah yang
takingin di lihatkan kepada Leo.
“Than… lo nangis…?.” Ethan masih
saja bergeming… tak sedikitpun ia menjawab. “than… kalo ada sesuatu yang pengen
lo ungkapin…ya ungkapin aja…” Leo pun menghampiri Ethan, perlahan ia pegang
tangannya, tangan Ethan begitu keras untuk menutupi wajahnya, namun dengan
sedikit paksaan, tangannya luluh juga, dan kini terlihat wajah Ethan yang basah
oleh air mata, wajah nya memerah… mungkin karna memendam emosi. Ethan pun
langsung memeluk sahabatnya itu. Ia takut Ethan kenapa-napa, ia sangat
Khawatir…
“Than… sebenernya lo kenapa…?”tanya
Leo begitu Khawatir, Ethan hanya diam terisak, ia pun menyeka air matanya, lalu
pergi ke luar kamar… “Ethan…!!” teriak Leo sambil mengejar Ethan ke luar.
Keluarga Leo yang berada di ruang
keluarga, termasuk Neng Ross hanya bisa bengong, melihat Ethan yang di kejar
Leo keluar… mereka bertaya-tanya… apa yang sedang terjadi di antara mereka.
Ethan lari menuju pantai yang tak
jauh dari rumah Leo… padahal waktu itu sudah lewat senja, keadaan di sekitar
sudah gelap, hanya lampu-lampu tempel saja yang cukup memberi cahaya di setiap
pohon di pinggiran pantai.
“Than… cukup!!.” Cegah Leo sambil
memegang tangan Ethan untuk memaksanya berhenti menghindar. “coba jujur sama
gue… ada apa dengan lo?.” Ethan masih terdiam, air matanya tak juga surut…
“elo Le… elo…” Jawab Ethan terisak.
“lo gak pernah peka sama gue…”
“peka tentang apa?.”
“tentang semua Clue yang gue kasih…
lo gak pernah peka!.”
“maksud lo?.”
“gue bukannya gak suka sama Ross,
gue juga gak benci dia…” Ethan terisak… “malah gue benci… benci
sebenci-bencinya sama lo Le…”
“gue?.”
“ya… lo…” jelas Ethan keras… “lo
gak pernah peka, lo gak pernah hargain gue… lo gak pernah ingin tau siapa gue,
dan lo gak pernah pengen tau juga tentang gue Le…” Leo terlihat bingung
mendengar kata-kata Ethan ini.
“di sisi mana gue gak pernah
hargain lo Than…?.”
“di sisi mana gue sebagai sosok
yang…” Ethan terdiam sesaat, ia menimbang-nimbang, apakah kata-kata ini harus
di ucapkan?, apakah ini sudah waktunya untuk Leo tau rahasia terbesar yang
Ethan punya…?. “Gue… ” lagi-lagi Ethan terdiam dan menarik nafas panjang. “Gue
Suka Lo Le.” Akhirnya kata-kata itu keluar juga dengan nada yang datar… tinggallah
Leo yang langsung tertunduk lemas setelah mendengar kata-kata yang di lontarkan
Ethan barusan. “Maaf ya Le… inilah gue yang sebenarnya…” Ethan pun pergi
meninggalkan Leo yang mematung di atas pasir pantai malam itu.
Sudah sebulan berlalu, Ethan dan
Leo sudah melewati Ujian Nasional, tinggalah mereka menunggu hasil kelulusan.
Sebulan ini
hubungan Ethan dan Leo sangat kaku… selama ini Leo memilih tidur di sofa depan,
dari pada harus memilih tidur bersama Ethan seperti biasanya. Berkomunikasi pun
tidak, hanya saja kalau salah satu dari mereka menanyakan hal yang peting,
hanya ada jawaban Ya atau Tidak.
Rencananya besok Ethan akan pulang
ke Jakarta, menyusul keluarganya di sana dan meninggalkan desa ini. Tak ada
lagi yang bisa Ethan harapkan di sini, tak ada Teman atau seseorang yang ia
cintai lagi untuk jadi alasan ia menetap di sini. Ethan masih sedih… tapi ia
percaya bahwa di jakarta nanti ia akan lebih baik.
Siang itu Ethan berpamitan pada
seluruh keluarganya Leo, ia telah berterima kasih kepada keluarga itu, karna
memberi kesempatan untuk dia tinggal di rumah itu. Siang itu Tak ada Leo…
katanya sih Leo pergi Surfing di pantai Kulon. Pergilah Ethan ke pantai Kulon
untuk berpamitan pada Leo.
Saat Ethan berada di pantai Kulon…
banyak sekali Surfer yang sedang berlatih di sana… ia mencari-cari Leo, dan
menanyakan ke anak-anak Surfer yang kenal dengan Leo, menurut kabar Leo tadi
sudah pulang dengan Neng Ross…
Ethan hanya terdiam, ia memutuskan
untuk tetap menunggu Leo di pantai Kulon. Ethan percaya bahwa Leo akan datang,
karna tadi ia berpesan pada ibunya Leo, bahwa ia akan pergi dulu ke pantai
Kulon untuk berpamitan dengan Leo.
Siang menjelang sore, Hujan
tiba-tiba turun sangat deras… para surfer pun berhenti bermain, dan mereka satu
per satu pulang. Tinggal lah Ethan dan koper besar warna biru mudanya. Ia
enggan kemana-mana… kakinya berat sekali untuk di ajak untuk beranjak.
Kini ia sudah basah kuyup oleh
hujan, air matanya mengalir begitu saja bersama air hujan yang menyamarkan
bahwa ia sedang menangis. Di dalam benaknya ia berkata… “biarlah aku menangis
untuk hari ini saja, ini adalah air mata penghabisan untuk Leo…” ucap Ethan
dalam benaknya.
Setelah hujan sedikit reda, hanya
ada sisa-sisa gerimis kecil yang menyerang Ethan yang terduduk kuyup di pasir
putih itu. Tiba-tiba ia menyadari kehadiran seseorang di belakangnya… di
sentuhlah bahunya…
“Than…” ucap Leo yang datang
membawa payung.
“Le… akhirnya lo datang juga…”
“Lo mau kemana?.” Tanya Leo, Ethan
pun berdiri mengimbangi tinggi leo yang sedang berdiri tegak, Ethan pun
tersenyum sambil menyeka air matanya yang tak mau berhenti mengalir.
“Gue mau pamit Le…” Jawab Ethan
dengan nada yang bergetar menahan tangis.
“lo dulu janji gak akan kemana-mana
kan?, dan kita juga janji, buat pergi ke universitas yang sama!.” Ethan pun
menunduk. Hujan semakin lebat, Leo melepas payungnya, kedua tangannya kini
mencengkram kuat pada bahu Ethan yang kecil. “pokoknya lo gak boleh kemana-mana
Than…”
“cukup leo… cukup…” Teriak Ethan
sembari menepis tangan Leo yang mencengkram bahunya. “udah cukup perjuangan gue
di sini hanya untuk bersama lo… udah cukup juga gue ngebatin ngeliat orang yang
gue suka terus bersama-sama orang lain… dan lo gak tau sakitnya gue beberapa
waktu ini yang selalu di abai-kan sama lo, semenjak gue jujur suka sama lo…”
Ethan menangis hebat, sangking tak kuat menahan sakit di dalam hatinya, ia
terduduk tak berdaya di pasir pantai ini.”lo Jijik kan sama gue yang gay ini…”
ucapnya datar tak bertenaga… Leo hanya diam, berdiri sambil menatap lekat ke arah
Ethan yang terduduk lemas.
Leo pun duduk di samping Ethan yang
tak berdaya, dan tak mampu lagi untuk berkata-kata. Leo duduk memeluk lututnya,
matanya yang kosong berkeliaran di luasnya pantai Kulon yang sedikit pasang
karna hujan.
“Than…” ucap Leo dengan suara parau…
dengan berat hati Ethan pun menengok ke arah cowok tampan yang sedang duduk di
sebelahnya. Wajah Ethan terlihat kuyup karna terlalu banyak menangis, dengan
Reflek, tangan Leo mengusap bekas air mata di pipi Ethan. “Jangan nangis lagi…”
ujar Leo sambil menarik dagu Ethan mendekat perlahan ke arah wajahnya.
~Chupp… di ciumlah Ethan oleh Leo.
Ethan seperti sedang bermimpi, telah di cium oleh orang yang sangat ia sukai.
Ciuman itu hanya persekian detik saja, setelah Ethan mendorong Leo menjauh.
“maksud lo apa Le?.” Bentak Ethan
marah… kini ia merasa di permainkan oleh Leo… jika Leo tak menyukainya, kenapa
harus mencium?. Apa ini hanya sebuah cara ,hanya untuk menghentikan niat Ethan
untuk pergi?.
“Than… sebenernya gue juga suka
sama lo…” Ethan terdiam, dan wajahnya terlihat tegang karna kaget dengan apa
yang Leo katakan barusan. “gue suka lo, mungkin gue lebih dulu suka lo, sebelum
lo suka sama gue…” Ethan masih belum juga percaya dengan apa yang Leo katakan…
“bego nya gue, gue sangat-sangat pengecut… sampe-sampe gue gak pernah berani
ngungkapin semuanya ke lo…” Leo pun menggenggam tangan kanan Ethan, lalu
mengecupnya dengan ikhlas… “maafin gue ya Than…” dan Ethan masih tak bisa
berkata-kata… ini semua masih terlihat mustahil di mata Ethan… Ethan masih
bersikap waspada.
“lo lagi gak ngebohongin gue kan
Le…?.” Ucap Ethan hati-hati.
“demi tuhan… gue jujur Than…” ucap
Leo berani bersumpah… “sekarang lo udah tau persaan gue yang sebenarnya kan?.
Please jangan pergi…”
“terus…Neng Ross…?.” Ucap Ethan
ambigu… menyinggung nama yang membuatnya sensitif.
“tapi maaf Than…” sekarang malah
Ethan yang dibuat bingung… kenapa Leo malah meminta maaf?. “Gue gak bisa
tinggalin Ross meskipun gue cinta sama lo?.”
“kenapa Le…?.”
“semuanya sudah terlambat Than… dan
gue kesini mau kasih tau lo tentang ini semua…”
“apa?.” Tanya Ethan penasaran…
Ethan kini sudah berharap-harap cemas…
“Ross Hamil Than…”
~Degh…
Semua rasa senang yang telah di
berikan Leo barusan, tiba-tiba sirna begitu saja oleh kalimat yang di ucapkan
Leo tersebut.
“Ross Hamil anak kandung gue Than…”
Ethan duduk mematung… dan kini airmatanya mengalir deras… Ethan menangis tanpa
suara… matanya yang kosong menatap Leo tanpa tenaga… ia sama sekali tak percaya
dengan apa yang di bicarakan Leo kepadanya… ia kini berharap ini semua
benar-benar mimpi…
“Gue mohon… lo tetap di sini
sebagai sahabat gue…” pinta Leo dengan sangat.
Ethan pun memeluk Leo dengan erat…
tangisnya pecah begitu saja di pelukan Leo… tubuhnya bergetar… itu di rasakan
juga oleh Leo… Leo yang tegar hanya bisa menangis tanpa suara… ia mengusap-usap
lembut rambut cowok manis itu… merasakan getaran dan dingin tubuh cowok ini
yang pernah membuatnya jatuh cinta…
0 comments