Aku Ingin Bahagia [Cerpen #IDAHOT2015]
oleh: Nova Aristianto
Nama
aslinya Yanto. Tapi orang-orang lebih mengenal dia dengan nama Yance. Ya, Yance
adalah nama beken dia di “pangkalan-nya” di O Kilometer Jogja.
Lelaki
yang merasa terlahir dalam tubuh seorang wanita tersebut sudah mulai pindah ke Jogja
sejak sekitar 2 tahun yang lalu dari kampung halamannya di Pekalongan. Tidak
banyak pekerjaan yang bisa dia pilih dikampungnya tersebut. Ditambah lagi
dengan keadaan masyarakat yang belum sepenuhnya bisa menerima keadaannya
sebagai seorang waria. Yance bahkan dianggap seperti mahluk menjijikan dan
pembawa malu di kampugnya.
Bahkan
keluarganya pernah memaksanya menikah dengan seorang perempuan dari desa
tetangga dengan harapan agar Yanto bisa seperti lelaki normal pada umumnya.
Yanto
memang bisa menjalani pernikahan tersebut selama hampir satu setengah tahun
dengan segala keterpaksaan. Terpaksa hanya untuk menyenangkan keluarganya saja,
walaupun jauh didalam hatinya sebenarnya Yanto tidak bisa menerima segala
keadaan tersebut. Yanto lebih tertarik kepada lelaki, dia merasa bahwa seluruh
jiwa dan raganya adalah perempuan. Dia terlahir sebagai wanita yang
terperangkap dalam tubuh laki-laki.
Setelah
satu setengah tahun menikah dan membuahkan seorang anak, Yanto akhirnya
melakukan gugatan cerai kepada istrinya tersebut dan pindah ke Jogja untuk
mencari pekerjaan dan menjauh dari orang-orang di kampungnya yang selama ini
hanya bisa mencaci keadaannya. Yanto juga punya keinginan untuk membesarkan
anaknya dari hasil kerja kerasnya. Walaupun tidak pernah sama sekali bisa
menikmati pernikahannya, Yanto sangat sayang kepada anaknya tersebut. Salah
satu cita-cita lain Yanto dengan bekerja di Jogja adalah dia ingin mengunpulkan
uang sebagai modal di hari tuanya nanti agar dia pada saat senjanya nanti dia
bisa tetap bisa hidup bahagia walaupun mungkin tanpa pendamping hidup.
Yanto
sangat menyukai kehidupan barunya di Jogja. Karena di kota ini dia bisa kembali
menjadi dirinya tanpa takut terbelenggu oleh cacian dari orang lain. Yanto kini
lebih sering berdandan layaknya seorang perempuan. Mulai dari memakai bedak,
lipstick sampai dengan menggunakan baju-baju perempuan seperti yang sering dia
lakukan saat masih kecil. Saat masih kecil Yanto sering mencuri-curi baju milik
kakak perempuannya saat tidak ada orang dirumah. Yanto kecil sering
berlenggak-lenggok didepan kaca bak seorang model sampai pada akhirnya ulahnya
tersebut kemudian diketahui oleh sang ayah yang membuatnya murka dan Yanto
harus menerima pukulan dari ayahnya tersebut.
Tidak
banyak keahlian yang dimiliki oleh Yanto sehingga tidak banyak pekerjaan pula
bisa dipilih. Akhirnya mau tidak mau untuk menyambung hidup selama di Jogja dia
harus mau melakukan pekerjaan apapun.
Yanto
akhirnya menjadi pengamen bersama sesame teman warianya pada siang hari untuk
kemudian menjajakan dirinya pada malam hari. Sungguh sebenarnya bukan pekerjaan
itu yang diinginkan Yanto, jika bisa memilih Yanto ingin mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik. Tapi namun seseorang memang kadang tidak bisa memilih
pilihannya hidupnya sendiri. Sama seperti dia tidak pernah tau bagaimana dia
bisa dilahirkan menjadi seorang waria. Namun demikian Yanto tetap menjalani
hari-harinya di Jogja dengan bahagia. Karena dia ingat tentang anaknya dan juga
keinginannya untuk tetap bisa hidup bahagia di hari tuanya.
Pun
tidak mudah bagi Yanto untuk menjalankan pekerjaannya tersebut. Kadang dia
harus berkejaran dengan Satuan Polisi Pamong Praja yang seringkali melakukan
razia atau penertiban terhadap pengamen ataupun waria yang biasa menjajakan
diri disekitar Gedung Bank Indonesia. Tidak jarang pula penertiban tersebut
dilakukan dengan cara-cara yang kurang manusia dan disertai dengan tindak
kekerasan. Selain itu sering pula banyak orang iseng yang langsung kabur
setelah mereguk kenikmatan bersama Yanto. Belum lagi cibiran dan masyarakat
yang selalu menganggap dirinya adalah mahluk yang menjijikkan yang kadang
membuat hatinya merasa bersedih.
Namun
bagi Yanto dia merasa bisa lebih bahagia karena bisa mejadi dirinya sendiri
tanpa ada kepura-puraan. Yanto bahagia menjadi dia sekarang, dia bahagia karena
dia bisa mengumpulkan uang untuk kehidupan bahagia di masa tuanya yang selalu
dia cita-citakan. Bagi Yanto orang lain hanya bisa mengadili dan mencaci
seseorang tanpa pernah mengalaminya secara langsung.
0 comments