Upacara HUT RI 67 oleh Komunitas LGBT Yogyakarta
Riuh rendah warna-warni seragam
berjejer rapi dalam barisan. Momen 17 Agustus, hari Kemerdekaan Indonesia,
menjadi hari spesial bagi semua orang termauk teman-teman LGBT Yogyakarta dan
simpatisan. Rasa nasionalisme yang menggelora atas tanah air diwujudkan dengan
mengadakan upacara pengibaran merah putih.
Upacara diadakan di halaman Ndalem
Notoprajan sekitar pukul 9 pagi. Upacara berlangsung sederhana tetapi khidmat. Berbeda
dengan upacara yang diadakan pemerintah yang menelan 7.8 Milyar. Suatu situasi
yang tidak bijak ditengah kondisi negara yang timpang. Para penguasa elit
berfoya dengan kedudukannya dan selebrasi HUT RI, sedangkan masyarakat berjuang
dan berkorban untuk merayakan HUT RI.
Hal tersebut senada dengan amanah
inspektur upacara yang membicarakan mengenai perwujudan nasionalisme atas pengorbanan
teman-teman LGBT Yogyakarta dan simpatisan yang rela hadir dan mengadakan
upacara peringatan HUT RI walau saat ini hak-hak LGBT belum diakui seutuhnya.
Sedikit ironis memang, setelah
kemerdekaan Indonesia yang berumur 67 tahun, ternyata warga negara Indonesia
belum merdeka atas identitas mereka.
Upacara sederhana tersebut
diakhiri pembacaan doa sebagai perwujudan bahwa teman-teman LGBT juga makhluk
Tuhan. Doa dilantunkan ditengah terik sengit matahari namun tak mengganggu
kekhusukan.
Upacara diakhiri sekitar pukul 10
pagi, gelora teman-teman LGBT menggempita usai upacara. Perayaan HUT RI bukan
hanya milik golongan tertentu, tetapi itu milik kita semua. Berbagai latar
belakang budaya dan identitas bukan berarti menghalangi mereka untuk turut
bersuka cita. (Didin)
0 comments